Langsung ke konten utama

3 Penangkal rasa cemas?

kenapa kita cemas? karena kita takut. Lebih tepatnya tidak siap dengan hal yang tidak kita ketahui. Mungkin kamu pernah dikagetin seseorang? Gimana rasanya? terkejut, bukan?

Pikiran kita canggih sekali, terkadang membawa masa lalu ke masa sekarang dengan alasan takut dengan kejadian lalu terulang kembali. padahal masa lalu dengan masa sekarang berbeda sekali. 

Juga ketika mencemaskan masa depan, karena takut nggak bisa seperti sekarang. padahal masa depan tergantung hari ini, maksudnya kalau kita berproses, hukum alam nggak akan pernah salah. nggak mungkin batu yang dilempar akan terbang ke atas, pasti ke bawah. Menetapkan target itu perlu tapi lupakan saja, fokus ke hal yang kita bisa lakukan hari ini. oke?

Nah untuk itu, hari ini saya akan membahas 3 cara untuk menangkal perasaan cemas itu, dibaca sampe habis ya..

Pertama, siap dengan kemungkinan terburuk
Agar makin jelas, kita terapkan saat kita ingin posting di instagram atau blog. 

“apa kemungkinan terburuk kalau aku posting ini? Nggak ada yang like, komen, bahkan share? Nggak ada yang berkunjung, yang artinya nggak ada yang baca.”

 “apa kamu siap?”

 “nggak siap!”

 nah, kita jeda dulu dialognya.

Ada dua respon yang dijawab oleh diri kita sendiri, “ya” atau “tidak”. Kalau dirimu menjawab “ya”, artinya selesailah perasaan cemas itu. Toh, kalau nggak ada yang respon memang sudah siap dengan kemungkinan terburuknya dan kita jadi nggak berekspektasi kepada apa yang kita lakukan serta orang lain. 

Tapi kalau jawabannya “nggak”, pertanyaan selanjutnya.

“gimana biar itu nggak terjadi?”

Berarti mencari cara agar bisa menarik perhatian audiens, bagaimana tulisan kita masuk google. Artinya kita perlu belajar lagi, agar apa yang kita cemaskan nggak terjadi. Kalau pun sudah belajar, ternyata belum ada dampak, ya, terus belajar, sampai bisa mendapatkan yang diinginkan. Bukankah ada kutipan “untuk mendapatkan apa belum inginkan, lakukan apa yang belum pernah kita lakukan sebelumnya”?

Kedua, Manajemen Pikiran
“manajemen pikiran adalah inti dari manajemen kehidupan” - Robin Sharma

Masih ingat sebelumnya? Kalau kita hanya bisa merasa di satu waktu, dan pikiran hanyalah pikiran, bukan realitas. Masih ingat? 

Ketika kita ingin bahagia, yang perlu kita lakukan adalah memilih pikiran. Karena di dalam aksi kebaikan pun tetap ada prasangka buruk. Ibarat selalu ada ilalang tumbuh di kebun, meski kita nggak pernah menanamnya. Ketahuilah bahwa bahagia itu dari dalam bukan dari luar. Bahkan dunia luar, tergantung dunia dalam.Maksudnya realitas yang kita lihat, tergantung dunia batin yang kita rasakan. 

Masih ingat juga kan? Kalau apa yang kita pikirkan, adalah apa yang kita rasakan. Maka penting sekali untuk merawat rasa bahagia dengan memilih pikiran yang memberdayakan, membahagiakan, dan menyenangkan. 

“tapi, aku masih sulit untuk berpikir positif, Kak?”

Kalau ada kemungkinan terburuk, artinya ada kemungkinan lain yang bisa kita bayangkan. Kalau perasaan udah terlanjur nggak nyaman, hentikan membayangkan atau memikirkan. Istirahatkan pikiran terlebih dahulu. 

Oke? Karena hal itu akan sangat memengaruhi….

Ketiga, Seni Merespon Keadaan
Cara kita merespon...Ya, kalau kita merasa nggak nyaman, respon kita jadi reaktif bukan responsif. 

Misalnya kamu di posisi nggak punya uang, lalu dikatain “ah, miskin lu. Gitu aja nggak bisa beli”. Kalau kita reaktif, kita langsung marah, kalau kita responsif, kita diam dan memilih tidak merespon. Karena tidak merespon adalah respon. 

Kalau Mario Teguh mengatakan, “bukan perkataan orang lain yang membuat kita tersinggung. Tapi diri kita yang nggak nyaman dengan perkataan tersebut”.

 Kembali lagi ke apa yang kita pikirkan adalah apa yang kita rasakan. Karena yang membuat kita marah adalah pikiran kita yang ingin merespon dengan kemarahan bukan kedamaian. Betul, ini nggak mudah, tapi bukankah jauh lebih nggak mudah ketika kata-kata yang menyakitkan itu ditarik kembali? :)


Pikiran Seperti Otot, Perlu Dilatih
 “Taman pikiran perlu dirawat dan dijaga, agar terbebas dari sampah” - Robin Sharma

Bisa kamu bayangkan, ketika kamu memiliki taman, lalu ada seorang temanmu datang membawa sampah, lalu ingin membuang sampah tersebut di tamanmu. 

Apakah kamu setuju? Apakah kamu rela?

Tentu saja nggak, kan? 

Pikiran itu ibarat otot, perlu dilatih agar kekuatannya menjadi maksimal. Apa yang perlu kita latih? Ya, itu tadi merawat pikiran dari ilalang yang tumbuh di kebun, atau hama yang mengganggu keindahan taman. 

 Lalu, terbiasa untuk fokus pada hal yang kita kerjakan saat itu. Latihan fokus pada satu perhatian. Ketika makan, ya, makan. Ketika bekerja, ya, bekerja. Ketika istirahat, ya, istirahat. Jadi kita perlu merawat taman pikiran setiap saat, agar tidak segera muncul ilalang yang mengganggu dan mengusik perasaan damai kita.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menemukan arti cukup bagi diri kita

Dalam kehidupan yang serba sibuk dan seringkali terpaku pada keinginan yang tiada henti, perasaan cukup seringkali terabaikan. Namun, apa sebenarnya perasaan cukup itu? Bagaimana kita bisa menemukan arti cukup bagi diri kita?  Perasaan cukup bukanlah tentang memiliki segalanya, melainkan tentang merasa puas dengan apa yang kita miliki saat ini. Ini adalah kesadaran diri yang memungkinkan kita untuk menghargai keberlimpahan dalam kehidupan kita, tanpa terus-menerus mengejar lebih. Perasaan cukup  bisa membawa kebahagiaan yang tahan lebih lama. Ketika kita merasa cukup, kita tidak lagi terjebak dalam lingkaran tanpa akhir dari keinginan tak terpenuhi. Ini membantu kita memperkuat koneksi dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita. Di tengah kecenderungan budaya konsumtif dan tekanan untuk terus berprestasi, menemukan perasaan cukup bisa menjadi sebuah tantangan. Media sosial dan standar sosial juga dapat mempengaruhi persepsi kita tentang apa yang cukup. Dalam buku psy

teknologi

Seiring dengan kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh dalam segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan, seni dan bahkan di dunia pendidikan. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini, karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi informasi sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, di sisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Kehadiran TIK dalam pendidikan bisa dimaknai dalam tiga paradigma, yaitu (1) TIK sebagai alat atau berupa produk teknologi yang bisa digunakan dalam pendidikan, (2) TIK sebagai konten ata

kenapa harus mengenal diri sendiri?

Banyak orang menjalani hidup tanpa mendapatkan pemahaman yang jelas tentang diri mereka sendiri. Padahal dengan mereka bisa mengenali diri mereka sendiri, itu dapat meningkatkan kualitas serta bisa menuntun ke arah hidup yang lebih bahagia. Namun, meningkatkan kualitas diri tidak dapat dilakukan jika kita tidak mengenal diri ini dengan baik. Mengenal diri sendiri adalah kunci proses pengembangan diri, sehingga kita akan menyadari kemampuan, bakat, serta keterbatasan atau kekurangan yang ada di dalam diri kita masing-masing. Dengan demikian, Kita bisa menempatkan diri dalam pergaulan serta mengetahui tujuan hidup dan lebih mampu memaknai itu semua sambil mengolah kemampuan diri kita untuk dapat mencapai tujuan tersebut. Tidak ada kata terlambat untuk belajar mengenal diri sendiri. Ketika kita sudah melakukannya, itu artinya kita akan siap menghadapi apapun yang akan terjadi kedepannya. Mengelola diri sendiri adalah upaya untuk mengurus diri kita sendiri. Kita harus memilik