Langsung ke konten utama

Menjadi lebih baik dengan filosofi orang Jepang

Tentu kita ketahui bersama bahwa orang Jepang memiliki tingkat produktivitas yang tinggi. Tetapi pernahkah kita berpikir "apa yang melandasi mereka agar bisa seperti itu?". Jawabannya ada di dalam filosofi-filosofi yang dibangun dan diterapkan sejak kecil. Kali ini saya akan membahas 4 filosofi yang bisa kalian tiru dan terapkan untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik versi orang Jepang.

1. Filosofi Ikigai 
Yang pertama adalah ikigai, mungkin kalian sudah tidak asing lagi mendengar filosofi yang satu ini. Ikigai atau lebih mudahnya kita bisa bilang "alasan untuk bangun pagi". Jadi orang Jepang itu selalu punya sebuah alasan untuk mereka beraktivitas di esok hari, mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang harus mereka tinggalkan. Hal semacam ini tentu memudahkan kita untuk bisa lebih produktif dan termotivasi dalam melakukan sesuatu. 

Ikigai juga mengajarkan untuk terus mempunyai alasan dalam mengejar impian kita, karena semakin kuat alasannya, semakin kuat juga motivasi kita untuk bisa meraih dan mewujudkan impian itu. Karena aktivitas yang kita lakukan dalam sehari sangat tergantung pada aktivitas kita di pagi hari, jadi itulah alasannya mengapa kita harus mempunyai alasan untuk bangun di pagi hari. 

2. Filosofi Kaizen
Metodologi kaizen adalah sebuah pendekatan yang mendorong peningkatan berkelanjutan dan berdasarkan pada perubahan positif kecil yang dapat menghasilkan pertumbuhan besar serta lebih signifikan. Tak diragukan lagi kehebatan filosofi yang satu ini, didalamnya mengajarkan bahwa hal-hal kecil yang dilakukan secara rutin dan teratur akan membawa dampak yang besar dan perubahan yang jauh lebih baik. 

Sejak kecil, orang Jepang sudah menerapkan hal ini dal metode belajar ataupun kehidupan sehari-harinya. Tak heran anak-anak disana sangat antusias dalam belajar, yang lain dan tidak bukan karena hasil dari penerapan filosofi kaizen yang sudah melekat erat didalam dirinya serta sudah menjadikannya sebuah karakter. 

3.  Filosofi Kintsugi
Filosofi kintsugi diawali dari seni tradisional asal Jepang bernama kintsugi (金継ぎ) Seringkali, kita selalu merasa tidak percaya diri dan merasa tidak aman dengan diri sendiri. Perasaan inilah yang identik disebut sebagai insecure. 

Di Jepang, ada sebuah seni turun temurun yang berusaha untuk menyatukan kembali barang yang sudah terpecah belah dan mungkin dianggap sudah tidak berguna. Seni ini diberi nama kintsugi (kintsukuroi) atau golden repair. Dalam tradisi Jepang, karya seni yang luar biasa ini berawal dari kisah seorang militer Jepang bernama Shogun Ahikasa Yoshimasa. Dia memecahkan cangkir teh kesayangan miliknya. Karena benda tersebut adalah benda kesayangannya, maka ia berusaha untuk memperbaikinya dengan pergi ke seorang ahli seni China. Sayangnya, cangkir itu hanya bisa diperbaiki dengan diberikan staples dan logam. Kemudian Shogun masih berusaha untuk memperbaikinya agar kelihatan lebih indah dan elegan. Akhirnya ia bertemu dengan seorang pengrajin Jepang. Rupanya, sang pengrajin tersebut mampu menyenangkan hati Shogun karena cangkir teh kesayangannya itu justru tampak lebih indah. Rupanya, sang pengrajin memberikan cairan emas pada bagian tambalan-tambalan cangkir tersebut sehingga membuatnya lebih indah dan memiliki nilai kembali. 

Dari filosofi kintsugi, kita bisa memetik sebuah pembelajaran kehidupan bahwasanya sesuatu yang sudah hancur dapat diberi nilai kembali agar menjadi satu kekuatan yang dapat membangkitkan nilai positif diri seseorang. Termasuk dalam hal ini adalah ketidaksempurnaan yang memicu rasa insecure. Bahwa ketidaksempurnaan tidak perlu disembunyikan, tapi harus ditunjukkan karena punya kehebatannya sendiri. Oleh karenanya, cara untuk menghindari insecure adalah dengan mengubah cara pandang kita. 

Kita harus yakin bahwa cinta dapat tumbuh dari adanya sebuah penerimaan. Untuk merealisasikannya, kita perlu sebuah komitmen dalam diri. Cara sederhana yang bisa ditempuh adalah dengan mengucapkan terima kasih kepada diri kita sendiri. Berhentilah membenci diri sendiri, dan mulai berdamai dengan menerima ketidaksempurnaan kita. 

4. Filosofi Wabi Sabi
konsep wabi-sabi yang melihat keindahan dalam suatu ketidaksempurnaan dan kesederhanaan. Mengutip dari Japana Home, Wabi Sabi merupakan filosofi hidup orang Jepang dengan cara menerima ketidaksempurnaan dan memanfaatkan hidup sebaik-baiknya. 

Wabi Sabi mendorong kita untuk lebih berfokus pada keberkahan yang dimiliki dibanding berharap kepada hal yang tidak kita terima. Selain itu, Wabi Sabi sangat cocok diterapkan pada masyarakat modern saat ini yang terus menerus mengejar kesempurnaan. Bisa kita lihat, manusia mengejar berbagai aspek yang pada akhirnya menyebabkan depresi, cemas, dan stres. 

Filosofi Jepang ini bisa juga digunakan untuk mengurangi gaya hidup yang sangat konsumtif dan selalu mengikuti tren yang tidak ada habisnya. Sebelumnya, Wabi Sabi merupakan konsep yang terpisah. Wabi adalah cara untuk mengapresiasi suatu keindahan. Sementara itu, Sabi adalah penggambaran mengenai waktu yang memengaruhi kerusakan. 

Menikmati Ketidaksempurnaan Hidup dengan Wabi Sabi Kamu tidak perlu menjadi ahli filosofi Jepang untuk menggunakan prinsip Wabi Sabi dalam kehidupanmu. Namun, kamu hanya perlu mengubah pandangan mengenai hidup yang awalnya menginginkan sebuah kesempurnaan menjadi sikap menghargai. 

Jika menggunakan prinsip hidup Wabi Sabi, maka akan menciptakan hidup yang lebih nyaman dan menenangkan. Wabi Sabi berfokus pada sebuah rasa syukur yang sudah dimiliki dibanding menginginkan hal baru. 

Mengubah pandangan hidup ini akan membantu kita untuk selalu merasa damai dan puas tentang apa yang sudah terjadi. Selalu mencintai diri sendiri yang tidak sempurna akan membuat hidup menjadi lebih tenang dan terhindar dari depresi. Janganlah malu dengan ketidaksempurnaan yang ada di dalam dirimu. Artinya, kita harus menghargainya karena hidup memang tidak lekat dengan kesempurnaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menemukan arti cukup bagi diri kita

Dalam kehidupan yang serba sibuk dan seringkali terpaku pada keinginan yang tiada henti, perasaan cukup seringkali terabaikan. Namun, apa sebenarnya perasaan cukup itu? Bagaimana kita bisa menemukan arti cukup bagi diri kita?  Perasaan cukup bukanlah tentang memiliki segalanya, melainkan tentang merasa puas dengan apa yang kita miliki saat ini. Ini adalah kesadaran diri yang memungkinkan kita untuk menghargai keberlimpahan dalam kehidupan kita, tanpa terus-menerus mengejar lebih. Perasaan cukup  bisa membawa kebahagiaan yang tahan lebih lama. Ketika kita merasa cukup, kita tidak lagi terjebak dalam lingkaran tanpa akhir dari keinginan tak terpenuhi. Ini membantu kita memperkuat koneksi dengan diri sendiri, orang lain, dan dunia di sekitar kita. Di tengah kecenderungan budaya konsumtif dan tekanan untuk terus berprestasi, menemukan perasaan cukup bisa menjadi sebuah tantangan. Media sosial dan standar sosial juga dapat mempengaruhi persepsi kita tentang apa yang cukup. Dalam buku psy

| semester 2 | Hubungan masyarakat (modul 1) SKOM4103

| Gejala humas dalam kehidupan masyarakat | Hubungan masyarakat (PR) memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, baik pada tingkat individu dan masyarakat. Gejala PR dalam kehidupan manusia dapat diamati dalam berbagai aspek, antara lain hubungan personal, manajemen organisasi, dan urusan publik. Pada tingkat pribadi, PR terbukti dalam cara individu berinteraksi satu sama lain. Komunikasi yang efektif dan interaksi positif sangat penting untuk membangun dan memelihara hubungan yang sehat. Keterampilan PR seperti mendengarkan aktif, empati, dan resolusi konflik sangat penting dalam membina hubungan pribadi yang positif. Dalam manajemen organisasi, PR sangat penting untuk membangun dan memelihara citra positif bagi organisasi. Ini termasuk mengelola reputasi organisasi, berkomunikasi dengan pemangku kepentingan, dan menyelesaikan konflik. PR yang efektif dapat membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membangun kepercayaan dan kredibilitas dengan para pemangku kepentingannya. Da